1. PENDAHULUAN
Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang wajib dibelajarkan pada
setiap jenjang pendidikan. Konsentrasi tingkat kerumitan disesuaikan
dengan jenjang pendidikan yang ada. Menurut kaedah pendidikan Ilmu
Sosial, pola pembelajaran dapat dimulai dari
- Fakta
Dimana
fakta dapat ditangkap oleh beberapa panca indra siswa yang bersentuhan
langsung dengan kejadian, gejala, benda dan hal lain yang bersifat
nyata.
- Konsep.
Proses membandingkan, mengurutan dan mengelompokan, berdasarkan sifat, bentuk nyata suatu obyek.
- Generalisasi.
Setelah
terjadi proses membandingkan, mengurutkan dan mengumpulkan maka siswa
melalui tahapan menarik kesimpulan dari konsep siswa yang sudah
terbentuk
Keluhan
guru pada jenjang pendidikan sekolah dasar terutama pada pembelajaran
materi yang memiliki banyak hafalan. Seperti menghafal tahun suatu
peristiwa bersejarah, menghafal nama tempat-tempat penting, menghafal
nama tokoh-tokoh penting dan menghafal lokasi suatu tempat di peta.
Apakah hal-hal tersebut untuk mengingatnya harus dengan cara menghafal ?
Melihat
kaedah di atas, sesungguhnya guru dalam membelajarkan siswa dalam
berbagai jenjang dapat menghindari hal yang bersifat menghafal. Guru
sekolah dasar dalam kegiatan pembelajaran sedapat mungkin mengkemas pola
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang beragam dan
kreatif. Media pembelajaran yang kreatif yang dilengkapi dengan sentuhan
metode dan tehnik pembelajaran yang inovatif
akan dapat membawa siswa keluar dari permasalahan banyaknya hafalan pada
jenjang pendidikan sekolah dasar.
2. MENGHAFAL DENGAN TIDAK MENGHAFAL
Beberapa
siswa mungkin akan senang dengan menghafal. Tetapi tidak demikian
halnya dengan siswa yang lain. Kadang-kadang siswa akan mengucapkan
istilah, nama, tempat, waktu dan peristiwa secara berulang-ualng supaya
hafal. Akan tetapi menghafal adalah pembelajaran yang miskin pemaknaan.
Dengan menghafal siswa akan ingat suatu hal akan tetapi tidak mengerti
dengan hal tersebut. Menghafal dengan cara demikian akan mudah
dilupakan.
Pembelajaran bermakna adalah solusi tepat mengatasi kebiasaan kita menyuruh siswa menghafal. Pembelajaran
bermakna yang bernuansa CTL akan membawa siswa mengembara ke situasi
nyata walaupun dengan teknik verbal sekalipun. Guru dapat mulai
membelajarkan IPS dengan fakta, konsep dan generalisasi yang disajikan
dengan utuh tidak sepotong potong. Sesudah mereka menyimak suatu uraian
peristiwa atau deskripsi suatu benda secara lengkap selanjutnya kita
mulai menyasar pada hal pokok yang kita ajarkan melalui kegitan
alternatif berikut ;
1. Untuk
menghafal nama tempat, waktu dan tokoh yang terdapat dalam suatu
peristiwa dalam pembelajaran sejarah, kita harus menceritakan suatu
kejadian secara lengkap tentang suatu peristiwa. Kemudia kita menugaskan
siswa untuk mendengarkan, menyimak secara lengkap kemudian
menuliskannya kembali sehingga menjadi suatu ringkasan. Di saat yang
lain kita dapat bertanya jawab tentang peristiwa tersebut dengan
pertanyaan yang menekankan pada peristiwa bukan pada waktu, tempat
maupun tokoh. Demikian juga saat memberikan evaluasi hendaknya kita
memperhatikan soal yang menekankan pada peristiwa bukan kepada waktu,
tempat dan tokoh. Contoh pertanyaannya ,” Apakah yang terjadi pada
tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta ? Raja Jaya Katwang adalah Raja Kediri yang berhasil mengusir utusan tentara Monggolia dengan cara....
2. Untuk
menghafal nama tempat, tahun, tokoh dan peristiwanya dapat digabungkan
membelajarkan siswa dengan peta buta. Dimana Siswa ditugaskan menuliskan
pada fotokopi peta buta tentang nama tokoh, tempat, tahun dan peristiwa
dengan sedikit tulisan. Yang selanjutnya disertai dengan tanya jawab
yang mengetengahkan uraian pertanyaan yang menekankan pada peristiwa.
3. Cara lain yang lebih populer adalah dengan membuat peta konsep, silsilah dan urutan waktu suatu peristiwa.
4. Demikian juga siswa dapat ditugaskan menggambar peta pada buku gambar yang berisi nama kota dan daerah yang hendak dihafalkan.
5. Apabila
tersedia kita dapat memutarkan vidio dokumenter tentang suatu peristiwa
sebagai media yang lengkap menyajikan suara narator dan gambar objyek
bergerak yang bernuansa tematik.
6. Mendemonstrasikan suatu peristiwa secara sederhana dimana siswa sendiri sebagai pemerannya.
Beberapa
tehnik tersebut akan membawa dampak pembelajaran yang bermakna sehingga
siswa akan terbawa secara emosional untuk larut dalam suasana peristiwa
yang terjadi. Sehingga walaupun tidak disuruh mengingat siswa akan
dengan sendirinya ingat. Dengan catatan faktor kecerdasan kelas yang
dibelajarkan adalah berkatagori kurve normal. Artinya tidak terdapat
siswa yang memiliki keterbelakangan ekstrim atau jauh di bawah rata-rata
temannya yang lain.
3. KESIMPULAN
Pembelajaran
IPS sering dipandang sulit bagi yang masih mengandalkan tehnik
pembelajaran menghafal konvensional. Menghafal kadang kadang tidak
disenangi oleh beberapa siswa. Sebenarnya dalam pembelajaran IPS siswa tidak perlu menghafal tempat, nama, waktu dan peristiwa.
Pembelajaran
dengan cara menghafal yang membosankan beberapa siswa dapat disiasati
dengan tehnik pembelajaran bermakna. Dimana beberapa tehnik sesungguhnya
telah banyak dilakukan oleh guru seperti penugasan menceritakan suatu
peristiwa, menggambar peta suatu peristiwa, menulis urutan kejadian,
menulis peta konsep , menonton dan mendemonstrasikan suatu peristiwa.
Tehnik
demikian akan mengakibatkan keterlibatan siswa yang sangat besar dimana
interaksi dengan media, suasana dan siswa lain. Daya ingat siswa yang
terbatas akan semakin kecil dengan hanya dijejali dengan hafalan yang
tidak bermakna. Akan tetapi memori mereka akan berkembang seiring
berkembangnya daya imajinasi yang berakibat daya ingat yang kuat tentang
sustu hal. Dengan demikian pembelajaran IPS terpadu bukan merupakan hal
yang sulit akan tetapi sebaliknya adalah sesuatu yang menyenangkan.
No comments:
Post a Comment